TUGAS SOFTSKILL: TEORI PEMBENTUKAN BUMI dan FENOMENA ALAM


TEORI PEMBENTUKAN BUMI


Bumi adalah suatu planet yang memiliki urutan ke tiga dari matahari dan planet terbesar kelima dari semua planet yang ada di tata surya. Bumi juga dapat diartikan sebagai planet yang menjadi tempat tinggal bagi semua makhluk yang hidup di dalamnya. Dalam bahasa Inggris, bumi disebut earth. Sementara di Indonesia, istilah bumi berasal dari kata bhumi yang berarti tanah. Kata tersebut merupakan bahasa Sansekerta. Bumi mempunyai sebutan lain yaitu benua biru karena jika dilihat dari luar angkasa, planet bumi mempunyai warna dominan biru.
Segala sesuatu yang diciptakan haruslah memiliki penyebab. Berikut beberapa teori yang dibentuk oleh para ilmuwan dan astronom.

1. Teori Kabut( Nebula )    


Teori kabut (Nebula) dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace dan dikenal dengan nama Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (Nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besr dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.

2. Teori Planetisimal 

 

Teori Planetisimal dikemukakan oleh T.C Chamberlein dan F.R Moulton. Menjelaskan bahwa ada sejumlah bintang yang mendekati matahari. Saat berada sangat dekat, ada bagian matahari yang tertarik kearah bintang tersebut akibat gaya tarik gravitasi, sehingga terbentuk sayap matahari. Saat bintang tersebut menjauh, gaya gravitasi akan melemah dan bagian-bagian dari sayap matahari tersebut ada yang kembali ke matahari, tapi ada juga yang membeku. Bagian yang tidak kembali inilah membentuk gumpalan yang biasa disebut planetisimal. Pada waktu yang cukup lama, gumpalan tersebut akan menyatu dan membentuk planet-planet yang bergerak mengelilingi matahari.

3. Teori Big Bang


Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang  berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
  1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau  perbedaan unsur.  
  2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material  besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.  
  3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
4. Teori Bintang Kembar


Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.

5. Teori Pasang Surut Gas ( Tidal )


 Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukurannya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bumi ke bulan (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekati, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap planet yang terbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar.
Sementara pendinginan berlangsung, planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit berbentuk elips, sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika mereka akan mendekati matahari dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan (satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet. Peranan yang dipegang matahri dalam membentuk bulan-bulan ini pada prinsipnya sama dengan peranan bintang besar dalam membentuk planet-planet.

6. Teori Kontraksi oleh Descartes
Teori  ini  dikemukakan  pertama  kali  oleh  Descrates  (1596-1650).  Ia  menyatakan bahwa  bumi  semakin  lama  semakin  susut  dan  mengerut  disebabkan  terjadinya  proses pendinginan sehingga di bagian permukaanya terbentuk relief berupa  gunung, lembah, dan dataran.
Teori Kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Keduanya berpendapat  bahwa  bumi  mengalami  pengerutan  karena  terjadinya  proses pendinginan  pada bagian  dalam  bumi  yang  mengakibatkan  bagian  permukaan  bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.

7. Teori Konveksi oleh Arthur Holmes dan Harry H
Menurut  Teori Konveksi  yang  dikemukakan  oleh  Arthur  Holmes  dan  Harry  H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut Robert  Diez, dikemukakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan lava sampai  ke  permukaan  bumi  di  midoceanic  ridge  (punggung  tengah  samudra),  lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggerser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
Bukti  dari  adanya  kebenaran  teori  ini  ysitu  terdapatnya  mid  oceanic,  seperti  mid Atlantik Ridge, dan Pasific-Atlantik Ridge di permukaan bumi.
Bukti  lainnya  didasarkan  pada  penelitian  umur  dasar  laut  yang  membuktikan semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan semakin tua. Artinya, terdapat gerakan yang berasal dari mid oceanic ridge ke arah yang berlawanan disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.

8. Teori Lempeng Tektonik
Teori ini menghubungkan pemikiran tentang pemekaran dasar lautan dengan hipotesis yang lebih tua, yaitu apungan benua. Teori ini mencakup dua bagian sebagai berikut. Pertama, bagian geometris, yang memandang bahwa kulit bumi memiliki mosaik lempeng, berupa lempeng benua dan lempeng samudera. Kerak bumi mirip dengan kulit telur yang mengalami retakan pada sejumlah tempat. Kedua, bagian kinematik, yang berhubungan dengan aspek gerakan. Bagian-bagian Irtosfer yang bervariasi (lempeng), besar maupun kecil, yang ukurannya bervariasi, bergerak relatif konstan; lempeng-lempeng ini bergerak di atas zona yang "mobile" pada mantel bagian atas. Zona "mobile" ini disebut dengan astenosfer.
Konsep Tektonik Lempeng 
 Teori tektonik lempeng memberikan pemikiran lebih lanjut bahwa kerak bumi bagian luar dapat dibagi-bagi menjadi sejumlah lempeng dalam berbagai ukuran dan masing-masing lempeng bersinggungan satu sama lain. Gerakan lempeng dapat disebabkan oleh arus konveksi maupun pengaruh gravitasi, yang mendorong dan menarik pergerakan tersebut. Lempeng utama yang berupa bagian benua dunia ada enam buah. Lempeng utama di dunia tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lempeng Amerika
2. Lempeng Antartika
3. Lempeng Afrika
4. Lempeng Eurasia
5. Lempeng Pasifik
6. Lempeng Indo-Australia

9. Teori Dua Benua ( Laurasia-Gondwana Theory )
Eduard Zuess dalam bukunya The Face of the Earth (1884) dan Frank B. Taylor (1910) mengemukakan teorinya bahwa pada mulanya terdapat dua benua di kedua kutub bumi. Benua-benua tersebut diberi nama Laurentia (Laurasia) dan Gondwana. Kedua benua itu kemudian bergerak secara perlahan ke arah ekuator sehingga terpecah-pecah membentuk benua-benua seperti sekarang.
 Amerika Selatan, Afrika, dan Australia dahulu menyatu dalam Gondwanaland, sedangkan benua- benua lainnya menyatu dalam Laurasia. Teori Laurasia-Gondwana diyakini oleh banyak ahli karena bentuk pecahan-pecahan benua tersebut apabila digabungkan dapat tersambung dengan tepat. Namun, penyebab pecahnya benua-benua tersebut belum dapat ditemukan.

10. Teori Apungan Benua ( Continental Drift Theory )
Dikemukakan oleh Taylor (1910), kemudian dikembangkan oleh Wegener (1912; 1929). Teori ini kurang berhasil meyakinkan ilmuwan lain, terutama yang terkait dengan mekanisme pergeseran benua-benua tersebut. Pada teori ini, benua diumpamakan sebagai bahan yang bersusunan Si-AI yang mengapung di atas bahan yang memiliki densitas yang lebih besar dan bersifat plastis yang membentuk kerak samudera.




FENOMENA ALAM

 

 Gerhana Matahari Total
Gerhana matahari total merupakan gerhana matahari sempurna dimana seluruh bagian matahari bisa tertutupi oleh bayangan bulan, sehingga cahaya matahari benar-benar hilang sejenak dan keadaan Bumi seperti malam hari.
Proses Terjadinya Gerhana Matahari Total
Gerhana matahari total terjadi melalui beberapa tahapan atau proses. Syarat terjadinya gerhana matahari secara umum adalah ketika posisi Matahari – Bulan – Bumi berada pada satu garis lurus. Dengan demikian bulan yang ukurannya lebih kecil menimbulkan bayangan cahaya yang akhirnya jatuh ke sebagian permukaan Bumi sehingga bagian bumi tersebut menjadi gelap gulita seperti malam hari. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai proses terjadinya gerhana matahari total, berikut penjelasannya:
  1. Terjadinya gerhana matahari total dimulai ketika posisi matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus secara berturut- turut. Posisi ini bisa terjadi karena bumi dan bulan sama- sama melakukan revolusi yaitu mengelilingi matahari sebagai pusat dari tata surya. 
  2. Setelah berada di satu garis lurus maka bagian belakang bulan yang tidak terkena sinar matahari akan membentuk bayangan yang terdiri dari dua jenis yaitu bayangan inti yang gelap (umbra) dan bayangan samar- samar (penumbra). Bayangan umbra terdapat tepat di sisi belakang bulan yang bentuknya mengerucut. Sementara penumbra berada di sekitar bayangan umbra dan bentuknya semakin jauh semakin melebar. Biasanya bayangan penumbra lebih luas daripada banyangan umbra. 
  3. Kemunculan bayangan umbra dan penumbra akan mengenai permukaan bumi kala itu. permukaan yang terkena umbra akan mengalami gerhana matahari total, sementara yang terkena penumbra akan mengalami gerhana matahari sebagian. Karena planet bumi melakukan gerakan rotasi, maka terjadinya gerhana matahari total di suatu daerah akan diawali dengan terjadinya gerhana matahari sebagian terlebih dahulu.
Itulah beberapa proses atau langkah-langkah terjadinya gerhana matahari total. Jadi terjadinya gerhana matahari baik itu gerhana matahari total maupun parsial atau sebagian akan diawali dengan posisi yang sama dimana matahari, bulan dan bumi berada di satu garis lurus.



Kenapa Udara Terasa Panas Saat Mendung?

 

Mendung atau awan itu sejatinya adalah kumpulan dari uap air hasil pemanasan sinar matahari pada laut, sungai, danau, dan tempat berkumpulnya air lain. Mirip seperti kepulan asap yang keluar saat kita membuka tutup panci yang airnya sudah mendidih. Singkatnya, udara panas membawa lebih banyak uap air ketimbang udara yang dingin. Saat udara panas atau mendung itu tadi semakin naik ke atas, akhirnya bertemulah dengan udara dingin. Saat bersatu dengan udara dingin itu, mendung akan melepaskan panasnya. Dan panas itu yang kita rasakan sebelum hujan. Saat semua panas itu terlepas, pasti kita merasa udara mulai dingin, dan saat itu lah hujan akan turun. Hujan pada dasarnya adalah uap air yang mengembun.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinopsis Film HOPE (2013)

Cara Mentransfer Data dari MS Excell ke MS Word dengan Mail Merge

4 TRIK MICROSOFT WORD YANG BERGUNA UNTUK MEMPERMUDAH PEKERJAAN